Trade Secret (Rahasia Dagang)

Pendahuluan

Rahasia dagang adalah informasi yang tidak umum diketahui oleh orang banyak dan memiliki nilai ekonomi karena kerahasiaannya. Informasi ini dapat berupa metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis. Di Indonesia, perlindungan hukum rahasia dagang diatur dalam UU Rahasia Dagang, yang menekankan pentingnya menjaga informasi yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui umum agar dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi pemiliknya. Untuk lebih jelasnya mengenai dasar hukum rahasia dagang di Indonesia, Anda dapat mengunjungi Hukumonline.

Dalam filosofi hukum kekayaan intelektual, rahasia dagang memiliki tempat yang unik karena tidak terbatas dalam hal konten atau subjek yang dapat dilindungi dan biasanya mengandalkan tindakan pribadi, bukan tindakan negara, untuk mempertahankan eksklusivitas. Sebuah rahasia dagang dapat mencakup berbagai bentuk informasi yang digunakan dalam operasi bisnis atau usaha lain yang cukup berharga dan rahasia sehingga memberikan keuntungan ekonomi atas pihak lain. Ini dapat berupa formula untuk senyawa kimia, proses manufaktur, pola untuk mesin, atau daftar pelanggan. Rahasia dagang tidak didaftarkan pada lembaga pemerintah manapun.

Perlindungan rahasia dagang sangat bergantung pada persyaratan kerahasiaan dan keuntungan kompetitif. Sebuah karya intelektual tidak dianggap rahasia jika umumnya diketahui dalam industri, diterbitkan dalam jurnal perdagangan, buku referensi, atau mudah disalin dari produk yang ada di pasaran. Meskipun hak rahasia dagang tidak memiliki batas waktu kedaluwarsa yang bawaan, mereka sangat terbatas dalam satu aspek penting: pemilik rahasia dagang hanya memiliki hak eksklusif untuk menggunakan rahasia selama kerahasiaan tersebut dipertahankan. Jika rahasia diungkapkan oleh pemilik, maka perlindungan rahasia dagang berakhir dan siapa pun dapat menggunakannya.

Selain itu, hak pemilik tidak mengecualikan penemuan atau penemuan independen. Dalam batasan kerahasiaan, pemilik rahasia dagang menikmati hak pengelolaan dan dilindungi dari penyalahgunaan. Perlindungan terakhir ini mungkin merupakan hak yang paling penting, mengingat maraknya spionase industri dan pencurian karya intelektual oleh karyawan. Jika rahasia dagang disalahgunakan dan diungkapkan, pengadilan dapat memberlakukan perintah penghentian dan ganti rugi.

Konteks Historis dan Kerangka Hukum Rahasia Dagang

Hukum rahasia dagang memiliki sejarah yang panjang dan berkembang seiring dengan evolusi hukum kekayaan intelektual. Dalam konteks hukum properti, hukum rahasia dagang melarang perusahaan pesaing menggunakan informasi komersial yang rahasia dan berharga yang diperoleh secara salah, seperti formula minuman ringan atau strategi pemasaran rahasia. Ini menunjukkan bahwa sejak awal, ada pengakuan atas nilai informasi komersial dan kebutuhan untuk melindunginya dari penggunaan yang tidak sah oleh pesaing.

Dalam sejarahnya, hukum rahasia dagang telah berkembang untuk mengakomodasi berbagai jenis informasi yang dapat memberikan keuntungan kompetitif kepada pemiliknya. Dari formula rahasia hingga strategi pemasaran, hukum ini telah menjadi alat penting bagi perusahaan untuk menjaga keunggulan mereka di pasar.

Untuk memahami lebih lanjut tentang hukum rahasia dagang dan bagaimana hal itu berkembang dalam hukum kekayaan intelektual, Anda dapat mengunjungi Britannica.

Sejarah hukum rahasia dagang di Indonesia tidak terlepas dari pengakuan dan perlindungan terhadap kekayaan intelektual. Rahasia dagang sendiri merupakan salah satu bentuk kekayaan intelektual yang berupa informasi rahasia di bidang teknologi atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi. Perlindungan hukum rahasia dagang di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang. Undang-undang ini menegaskan bahwa informasi yang bersifat rahasia, memiliki nilai ekonomi, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang mendapat perlindungan hukum.

Perlindungan ini meliputi berbagai aspek, termasuk metode produksi, pengolahan, dan penjualan, yang semuanya tidak diketahui oleh masyarakat umum dan memiliki nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha. Rahasia dagang dijaga melalui prosedur baku yang dituangkan dalam ketentuan internal perusahaan, yang mencakup apa yang dijaga dan siapa yang bertanggung jawab atasnya. Informasi lebih lanjut mengenai dasar hukum rahasia dagang di Indonesia dapat ditemukan di Hukumonline.

Spionase Industri

Spionase industri merupakan akuisisi rahasia dagang dari pesaing bisnis. Sebagai produk sampingan dari revolusi teknologi, espionase industri merupakan reaksi terhadap upaya banyak pengusaha untuk merahasiakan desain, formula, proses manufaktur, riset, dan rencana masa depan mereka untuk melindungi atau memperluas pangsa pasar mereka. Fenomena ini menunjukkan betapa pentingnya rahasia dagang bagi perusahaan untuk mempertahankan keunggulan kompetitif dan inovasi. Untuk informasi lebih lanjut mengenai espionase industri dan pengaruhnya terhadap rahasia dagang, Anda dapat mengunjungi Britannica.

Dokumen dari Pusat Keamanan dan Kontra Intelijen Nasional memberikan gambaran menyeluruh tentang spionase ekonomi asing di dunia maya, menyoroti ancaman signifikan yang ditimbulkannya terhadap kemakmuran, keamanan, dan keunggulan kompetitif Amerika. Ringkasan eksekutif pada halaman 4 menekankan bahwa dunia maya adalah domain yang disukai untuk aktivitas spionase, dengan negara-negara, perusahaan komersial, dan kelompok peretas proxy sebagai aktor utama. Laporan tersebut mengidentifikasi China, Rusia, dan Iran sebagai aktor cyber paling mampu dan aktif dalam spionase ekonomi, dengan tujuan mencuri rahasia dagang dan informasi milik AS yang bersifat proprietary.

Catatan lingkup pada halaman 5 mendefinisikan spionase ekonomi atau industri sebagai pencurian, penyalinan, atau penerimaan tidak sah dari rahasia dagang atau informasi proprietary, menekankan peran dunia maya sebagai infrastruktur teknologi informasi yang saling tergantung yang mencakup internet dan jaringan telekomunikasi.

Ancaman strategis dari spionase ekonomi cyber dijelaskan pada halaman 7, di mana dinyatakan bahwa AS tetap menjadi pusat global untuk penelitian dan pengembangan, menjadikannya target utama untuk spionase. Pengenalan teknologi generasi berikutnya seperti AI dan IoT menciptakan kerentanan baru dalam jaringan AS, dengan komunitas keamanan siber sebagian besar tidak siap untuk perubahan ini.

Halaman 8 membahas ancaman dari negara asing, dengan China, Rusia, dan Iran sebagai ancaman cyber paling persisten. Dokumen tersebut menguraikan bagaimana negara-negara ini mengerahkan sumber daya yang signifikan untuk memperoleh kekayaan intelektual dan informasi proprietary, seringkali melalui sarana cyber.

Akhirnya, analisis terperinci tentang strategi pengembangan teknologi China pada halaman 9 mengungkapkan pendekatan berlapis yang diambil China untuk memperoleh teknologi AS, termasuk penggunaan usaha patungan, kemitraan penelitian, dan program rekrutmen bakat.

Ringkasan ini memberikan gambaran tentang ancaman kompleks dan multi-vektor dari spionase ekonomi di dunia maya, menekankan perlunya respons komprehensif untuk melindungi integritas ekonomi AS dan perdagangan global. Kami telah menyelesaikan pemrosesan seluruh dokumen dengan plugin Pencarian PDF. Apa lagi yang ingin Anda ketahui? Anda dapat mengakses laporan lengkap di sini.

Kasus-kasus Spionase Industri

Grup RedCurl telah menjadi subjek perhatian karena serangkaian serangan cyber yang dilakukan selama tiga tahun terhadap perusahaan di berbagai negara. Grup ini, yang berbicara dalam bahasa Rusia, tidak menggunakan alat atau teknik hacking yang kompleks, melainkan mengandalkan spear-phishing untuk akses awal. Mereka merancang email dengan hati-hati, menampilkan alamat dan logo perusahaan target serta menggunakan nama domain perusahaan tersebut sebagai alamat pengirim. RedCurl berpura-pura sebagai anggota tim HR dari organisasi yang ditargetkan dan mengirim email ke banyak karyawan sekaligus, yang mengurangi kewaspadaan mereka. Email tersebut termasuk tautan ke file yang terinfeksi malware yang, setelah diunduh dan dijalankan oleh korban, menginfeksi mereka dengan kumpulan trojan berbasis PowerShell. Trojan ini unik untuk grup dan memungkinkan operator RedCurl untuk melakukan operasi dasar seperti mencari sistem, mengunduh malware lain, atau mengunggah file yang dicuri ke server jarak jauh. RedCurl berhasil bersembunyi dalam jaringan yang diretas antara dua hingga enam bulan, berusaha untuk tetap tidak terdeteksi selama mungkin dan tidak menggunakan trojan aktif yang dapat mengungkapkan keberadaannya. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat membaca artikel lengkap di ZDNet.

Szuhsiung Ho, yang juga dikenal sebagai Allen Ho, adalah seorang insinyur nuklir yang dihukum karena melanggar Atomic Energy Act di Amerika Serikat. Ho, seorang warga negara AS yang lahir di Taiwan, dijatuhi hukuman 24 bulan penjara dan satu tahun pembebasan bersyarat pada tahun 2017. Dia juga diperintahkan untuk membayar denda sebesar $20,000. Ho mengaku bersalah pada Januari 2017 atas konspirasi untuk terlibat atau berpartisipasi dalam produksi atau pengembangan bahan nuklir khusus di luar AS tanpa otorisasi yang diperlukan dari Departemen Energi AS.

Menurut dakwaan pada April 2016, Ho dan China General Nuclear Power Company (CGNPC), perusahaan tenaga nuklir terbesar di China, serta Energy Technology International (ETI), sebuah perusahaan Delaware, terlibat dalam kegiatan ini. Ho, yang saat itu bekerja sebagai konsultan untuk CGNPC dan juga pemilik ETI, didakwa telah berkonspirasi sejak tahun 1997 hingga April 2016 untuk terlibat dalam pengembangan atau produksi bahan nuklir khusus di China tanpa otorisasi khusus dari Sekretaris Energi AS, yang diperlukan oleh hukum. Dia membantu CGNPC dalam memperoleh insinyur nuklir berbasis di AS untuk membantu CGNPC dan anak perusahaannya dalam merancang dan memproduksi komponen tertentu untuk reaktor nuklir lebih cepat dengan mengurangi waktu dan biaya finansial dari penelitian dan pengembangan teknologi nuklir.

Khususnya, Ho mencari bantuan teknis terkait dengan Program Reaktor Modular Kecil CGNPC, Program Perakitan Bahan Bakar Lanjutan CGNPC, Sistem Detektor Tetap di Inti CGNPC, dan verifikasi serta validasi kode komputer terkait reaktor nuklir. Di bawah arahan CGNPC, Ho juga mengidentifikasi, merekrut, dan mengeksekusi kontrak dengan para ahli dari industri nuklir sipil berbasis di AS yang memberikan bantuan teknis terkait dengan pengembangan dan produksi bahan nuklir khusus untuk CGNPC di China. Ho dan CGNPC juga memfasilitasi perjalanan ke China dan pembayaran kepada para ahli berbasis di AS sebagai imbalan atas layanan mereka.

Kasus ini diselidiki oleh FBI, Kantor Inspektur Jenderal Tennessee Valley Authority, Administrasi Keamanan Nuklir Nasional DOE, dan Investigasi Keamanan Dalam Negeri Imigrasi dan Bea Cukai AS, dengan bantuan dari lembaga lain. Asisten Jaksa AS Charles E. Atchley Jr. dan Bart Slabbekorn dari Distrik Timur Tennessee, dan Jaksa Penuntut Casey T. Arrowood dari Bagian Kontrol Ekspor dan Kontraintelijen serta Jaksa Jeffrey M. Smith dari Unit Banding di Divisi Keamanan Nasional menuntut kasus ini.

Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat membaca rilis pers lengkap dari Kementerian Kehakiman AS di sini.

Kasus dugaan program spionase korporat Uber merupakan kasus yang rumit, melibatkan tuduhan aktivitas ilegal seperti penyadapan dan peretasan, seperti dilaporkan oleh The New York Times. Tuduhan ini pertama kali terungkap pada tahun 2017 ketika Richard Jacobs, mantan karyawan Uber, mengklaim bahwa perusahaan terlibat dalam berbagai bentuk spionase, termasuk penyadapan dan peretasan terhadap pemerintah asing. Namun, dalam sebuah kejutan, Jacobs mencabut tuduhan paling seriusnya pada tahun 2021, menyatakan bahwa dia tidak pernah bermaksud menyarankan bahwa mantan rekan kerjanya melanggar hukum.

Klaim awal dari Jacobs adalah bagian dari narasi yang lebih besar tentang praktik kontroversial Uber pada waktu itu, yang mencakup pelecehan di tempat kerja dan pelanggaran data. Tuduhan spionase tampaknya cocok dengan pola budaya korporat Uber yang agresif dan rahasia. Uber telah merekrut tim dari mantan petugas CIA, pejabat penegak hukum, dan ahli keamanan siber untuk mengumpulkan intelijen tentang ancaman dan pesaing, yang merupakan praktik umum di Silicon Valley. Tim ini bertugas melacak pesaing dan melindungi eksekutif Uber dari pengawasan dan upaya pengumpulan data oleh rival.

Meskipun pencabutan tuduhan paling serius, insiden tersebut memiliki efek yang berkelanjutan terhadap reputasi individu yang terlibat. Sementara Uber sejak itu telah bekerja untuk memperbaiki citra publik dan praktik bisnisnya, karyawan yang menjadi bagian dari tim intelijen menghadapi pengawasan dan pertanyaan yang berkelanjutan tentang keterlibatan mereka dalam aktivitas spionase yang diduga.

Untuk laporan rinci tentang skandal spionase Uber dan akibatnya, Anda dapat membaca artikel lengkap dari The New York Times di sini.

Xiang Haitao, seorang warga negara China, mengaku bersalah atas konspirasi untuk mencuri rahasia dagang dari raksasa agribisnis Amerika, Monsanto. Xiang, yang berusia 44 tahun, bekerja sebagai ilmuwan pencitraan untuk Monsanto dan anak perusahaannya, The Climate Corporation, dari tahun 2008 hingga 2017. Dia mengaku bersalah di Missouri, tempat Monsanto berbasis, atas satu tuduhan konspirasi untuk melakukan spionase ekonomi atas nama China.

Menurut Departemen Kehakiman AS, Xiang mencuri perangkat lunak proprietari yang dikembangkan oleh Monsanto untuk membantu petani meningkatkan hasil panen. Meskipun Xiang telah berulang kali setuju untuk melindungi kekayaan intelektual Monsanto dan menerima pelatihan tentang kewajibannya untuk melakukannya, dia mengakui telah mencuri rahasia dagang dari Monsanto, mentransfernya ke kartu memori, dan mencoba membawanya ke Republik Rakyat China untuk keuntungan pemerintah China.

Matthew Olsen, asisten jaksa agung, mengatakan, "Tuan Xiang menggunakan statusnya sebagai orang dalam di perusahaan internasional besar untuk mencuri rahasia dagang yang berharga untuk digunakan di negara asalnya, China." Sayler Fleming, jaksa AS untuk Distrik Timur Missouri, menambahkan, "Kita tidak dapat membiarkan warga negara AS atau warga negara asing menyerahkan informasi bisnis sensitif kepada pesaing di negara lain."

Xiang dijadwalkan untuk dijatuhi hukuman pada 7 April. Dia menghadapi hukuman maksimal 15 tahun penjara dan denda potensial hingga $5 juta. Pada tahun 2019, ketika Xiang dituduh oleh otoritas AS, seorang juru bicara kementerian luar negeri China mengatakan bahwa Washington mencoba menggunakan kasus ini untuk mendukung tuduhan bahwa China mencuri teknologi dari perusahaan-perusahaan AS. Juru bicara tersebut, Geng Shuang, menyatakan, "Kami dengan tegas menentang upaya pihak AS untuk menggunakan kasus ini, yang kami anggap sebagai insiden biasa dan terisolasi, untuk menggoreng klaim tentang upaya terorganisir dan sistematis China untuk mencuri kekayaan intelektual dari AS."

Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat membaca artikel lengkap dari The Guardian di sini.

Reverse Engineering

Espionase industri di Taiwan dianggap sebagai pembelaan yang sah dalam litigasi rahasia dagang jika proses reverse engineering memerlukan "input yang cukup besar" yang bisa berupa uang, waktu, alat profesional, pengetahuan khusus, dan lain-lain. Hal ini didasarkan pada kasus yang diputuskan oleh Mahkamah Agung Taiwan pada Juni 2021, di mana seorang mantan manajer umum dituduh membocorkan rahasia dagang perusahaan pembuat mesin pembentuk setelah ia meninggalkan perusahaan untuk memulai bisnisnya sendiri. Pertahanan yang diajukan oleh terdakwa adalah bahwa rahasia dagang yang dipermasalahkan sebenarnya bukanlah rahasia sama sekali karena bisa di-reverse engineer dari mesin yang telah dijual secara publik oleh mantan majikannya. Namun, Mahkamah Agung Taiwan menegaskan bahwa reverse engineering tidak akan menghilangkan perlindungan hukum atas rahasia dagang jika memerlukan input yang besar. Jika reverse engineering terbukti sebagai serangan brute-force atau memerlukan usaha yang berat, maka informasi yang di-reverse engineer tersebut tidak mudah tersedia bagi para ahli di bidang tersebut dan oleh karena itu layak dilindungi oleh Undang-Undang Rahasia Dagang. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat membaca artikel lengkap di Mondaq.

Di Amerika Serikat, reverse engineering dianggap sah di bawah hukum rahasia dagang federal, Defend Trade Secrets Act (DTSA). DTSA melarang pengambilan rahasia dagang dengan "cara yang tidak tepat," seperti pencurian, penyuapan, kesalahan representasi, pelanggaran atau pendorongan pelanggaran kewajiban untuk menjaga kerahasiaan, atau spionase melalui elektronik atau cara lain. Namun, reverse engineering yang dikombinasikan dengan "cara yang tidak tepat" akan melanggar DTSA. Sebagai contoh, jika produk yang di-reverse engineer diperoleh melalui pencurian atau kebohongan, maka masih terjadi pelanggaran rahasia dagang. Informasi lebih lanjut dapat ditemukan di Fish & Richardson P.C..

Pada kasus lain, Mahkamah Agung AS telah memutuskan bahwa hukum rahasia dagang negara bagian tidak boleh menghalangi "penemuan dengan cara yang adil dan jujur," seperti reverse engineering. Hal ini ditegaskan dalam kasus Kewanee Oil Co. v. Bicron Corp., di mana Mahkamah Agung lebih lanjut mengkonfirmasi legitimasi reverse engineering dengan menyatakan bahwa "masyarakat luas tetap bebas untuk menemukan dan memanfaatkan rahasia dagang melalui reverse engineering produk yang berada di domain publik atau melalui penciptaan independen." Untuk detail lebih lanjut, Anda dapat mengunjungi JD Supra.

Di California, misalnya, "reverse engineering atau derivasi independen sendiri tidak dianggap sebagai cara yang tidak tepat." Demikian pula, di Texas, "reverse engineering kecuali dilarang" secara statutor didefinisikan sebagai "cara yang tepat" untuk memperoleh informasi. Namun, klausul kontrak yang mengharuskan kewajiban untuk tidak melakukan reverse engineering atau membatasi tujuan untuk melakukan reverse engineering umumnya dapat diberlakukan. Jika terdakwa melakukan reverse engineering dengan melanggar kontrak, aktivitas tersebut tidak hanya dapat menjadi dasar untuk klaim pelanggaran kontrak, tetapi di beberapa pengadilan, sebagai dasar untuk klaim pelanggaran rahasia dagang. Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi HK Law.

Secara umum, reverse engineering diizinkan dan tidak akan melanggar hukum rahasia dagang dengan sendirinya. Namun, sangat penting untuk menyadari kewajiban kontraktual dan hak dari pembelian, lisensi pengguna akhir, dan perjanjian lain yang mungkin mempengaruhi ruang lingkup reverse engineering yang diizinkan. Negara bagian yang berbeda mungkin memandang ketentuan kontrak reverse engineering secara berbeda, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi klaim atas pelanggaran rahasia dagang. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat mengunjungi [Fish & Richardson P.C.](https://www.fr.com/insights/ip-law-essentials/reverse-engineering-misappropriation

Pengaturan Klausul Non-Kompetisi

Klausul non-kompetisi adalah istilah kontraktual antara pemberi kerja dan pekerja yang mencegah pekerja tersebut bekerja untuk pemberi kerja yang bersaing, atau memulai bisnis yang bersaing, biasanya dalam area geografis tertentu dan periode waktu setelah pekerjaan pekerja berakhir. Klausul ini mencegah pekerja meninggalkan pekerjaan mereka dan menurunkan persaingan untuk pekerja, sehingga menurunkan upah baik untuk pekerja yang terikat klausul maupun yang tidak. Klausul non-kompetisi juga mencegah pembentukan bisnis baru, yang menghambat kewirausahaan dan inovasi yang seharusnya terjadi ketika pekerja dapat secara luas membagikan ide-ide mereka. Komisi Perdagangan Federal (FTC) mengusulkan untuk mencegah pemberi kerja membuat klausul non-kompetisi dengan pekerja dan mengharuskan pemberi kerja untuk mencabut klausul non-kompetisi yang ada. Komisi memperkirakan bahwa aturan yang diusulkan akan meningkatkan pendapatan pekerja Amerika antara $250 miliar hingga $296 miliar per tahun. Komisi meminta pendapat publik tentang usulannya untuk menyatakan bahwa klausul non-kompetisi adalah metode persaingan yang tidak adil, dan tentang alternatif untuk aturan ini yang telah diusulkan oleh Komisi. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat mengunjungi situs resmi FTC.

Kasus Non-Kompetisi di Indonesia

Di Indonesia, klausul non-kompetisi (non-competition clause) dalam kontrak kerja seringkali menjadi topik yang hangat. Sebagai contoh, pada sebuah kasus yang dibahas di Hukumonline, seorang karyawan dari Bridal A memiliki klausul dalam kontraknya yang melarangnya bekerja di bidang yang sama selama 12 bulan setelah berhenti, dengan sanksi denda sebesar satu tahun gaji. Ketika karyawan tersebut pindah ke Bridal B sehari setelah kontraknya berakhir, Bridal A menuntut atas dugaan pelanggaran kontrak. Menurut UU Ketenagakerjaan dan UU Hak Asasi Manusia di Indonesia, setiap tenaga kerja memiliki hak untuk memilih pekerjaan dan syarat ketenagakerjaan yang adil, sehingga klausul seperti ini bisa dianggap melanggar hukum. Namun, keputusan akhir terkait keabsahan klausul tersebut tergantung pada penilaian hakim. Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa mengunjungi sumbernya di Hukumonline.

WIPO dan Klausul Non-Kompetisi

Menurut WIPO, Konvensi Paris untuk Perlindungan Kekayaan Industri dan Perjanjian TRIPS WTO sebagian membahas perlindungan rahasia dagang yang juga mencakup aspek klausul non-kompetisi. Hukum dan perjanjian kekayaan intelektual global mengakui pentingnya menjaga keseimbangan antara perlindungan rahasia dagang dan persaingan yang adil di pasar. Untuk detail lebih lanjut mengenai pandangan WIPO terhadap klausul non-kompetisi dan rahasia dagang, Anda dapat mengunjungi situs WIPO.

Rahasia Dagang dalam Praktik Industri: Kasus Propeler Kapal Selam

Salah satu tujuan desain utama kapal selam modern adalah eliminasi kebisingan. Kebisingan yang dihasilkan oleh baling-baling (atau disebut "screw" pada kapal selam) dapat mengungkap posisi kapal selam. Kebisingan ini umumnya dihasilkan karena kavitasi. Oleh karena itu, dalam desain kapal selam, baling-baling dirancang sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan dorongan sambil meminimalkan kavitasi. Kapal selam tua hanya dapat mengelola kecepatan 2 atau 3 knot sambil tetap senyap. Sementara itu, kapal selam modern mampu mencapai kecepatan delapan hingga sepuluh knot sambil mempertahankan tingkat kebisingan yang sama.

Baling-baling atau "screw" pada kapal selam adalah perangkat dasar yang bekerja dengan memompa cairan dan gas. Anda bisa mempercepat rotasi "screw" atau meningkatkan ukurannya. Mempercepat rotasinya membuatnya berisik, dan ukurannya hanya bisa ditingkatkan hingga batas tertentu. Baling-baling yang lebih kecil yang berputar dengan kecepatan lebih tinggi rentan terhadap kavitasi.

Bentuk baling-baling kapal selam dirahasiakan karena dapat menunjukkan kecepatan rotasi yang akan dilakukan untuk tetap tidak terdeteksi. Jika musuh mengetahui bentuk dan kecepatan baling-baling, mereka dapat menghitung frekuensi output bersama dengan jenis mesin dan RPM. Hal ini mengarah pada kemampuan musuh untuk menyetel sensor mereka dan mendengarkan gangguan dalam rentang frekuensi tertentu. Hal ini dapat menyebabkan musuh mengetahui lokasi kapal selam Anda bahkan ketika tidak bergerak dengan kecepatan paling berisik. Misalnya, jika kapal selam dapat mengelola 8-10 knot dan tetap senyap tetapi musuh telah melakukan penyesuaian pada sensor mereka untuk mendeteksi perangkat keras spesifik kapal selam; musuh mungkin menangkap kapal selam ketika beroperasi pada kecepatan 7 knot.

Pasted image 20231101174056.png

Sumber

Bentuk, bagian, dan pitch dari baling-baling mengubah amplop di mana "screw" dapat bekerja tanpa menciptakan kavitasi. Dengan demikian, mendapatkan detail-detail ini akan membantu musuh untuk memastikan kinerja kapal selam dan juga memberikan keuntungan taktis untuk menangkapnya di sensor mereka. Bagi yang penasaran ingin mengetahui bentuk baling-baling kapal selam; yang modern menampilkan pengaturan radial yang berjalan sepanjang panjang kapal selam – bayangkan seperti churro!

Untuk informasi lebih lanjut mengenai pentingnya menjaga rahasia desain propeler kapal selam, Anda dapat mengunjungi Wonderful Engineering.

Lihat juga:
Undang Undang Rahasia Dagang (Ringkasan)